The Fed Isyaratkan Segera Pangkas Suku Bunga
![]() |
Pemangkasan Suku Bunga The Fed (Foto: Jarmoluk) |
sepintasnews - Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa bank sentral mungkin akan melakukan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, meskipun ia tidak menjelaskan secara spesifik kapan kebijakan tersebut akan dilaksanakan. Dalam pidatonya yang ditunggu-tunggu di acara tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, Jumat lalu, Powell menekankan perlunya pendekatan hati-hati dan penilaian terhadap konsekuensi kebijakan tarif serta langkah lainnya terhadap kondisi ekonomi.
Sementara pernyataannya kali ini tampak kurang jelas dibandingkan dengan indikasi pengurangan suku bunga yang diberikan pada konferensi Jackson Hole tahun lalu, pasar tetap optimis bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada rapat yang dijadwalkan pada 16-17 September. The Fed masih memiliki tiga pertemuan tersisa tahun ini, yaitu pada bulan depan, akhir Oktober, dan Desember, dan belum ada kepastian tentang penurunan suku bunga di setiap rapat tersebut.
Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga adalah pada Desember 2024, dan sejak Januari tahun ini, suku bunga telah dipertahankan di kisaran 4,25-4,50%. Ini menunjukkan bahwa Powell belum melakukan penyesuaian suku bunga sejak Presiden Donald Trump dilantik kembali pada Januari 2025. Dalam sambutannya, Powell menyatakan bahwa kebijakan moneter yang ada saat ini masih ketat, tetapi ada kemungkinan penyesuaian seiring dengan perubahan dalam keseimbangan risiko ekonomi.
“Kebijakan saat ini bersifat ketat, dan perubahan dalam prospek serta keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian dalam kebijakan kami,” kata Powell.
seperti yang dilansir dari situs resmi The Fed. Pernyataan ini menggambarkan kekhawatirannya atas perlambatan pertumbuhan tenaga kerja, serta menunjukkan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga.
Powell juga menggarisbawahi pentingnya independensi The Fed, meskipun tidak langsung menanggapi permintaan Gedung Putih untuk menurunkan suku bunga. Ia mengalami kritik dari Trump, yang menyatakan kesiapannya untuk memecat Powell jika perlu.
“Keputusan yang diambil oleh anggota FOMC akan didasarkan sepenuhnya pada analisis mereka terhadap data dan dampaknya terhadap prospek ekonomi dan keseimbangan risiko. Kami tidak akan menyimpang dari pendekatan ini,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Powell berani menyebut dampak dari kebijakan pemerintahan Trump pada kondisi ekonomi.
“Tahun ini, ekonomi menghadapi tantangan baru. Tarif yang lebih tinggi telah secara signifikan mengubah sistem global, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat berdampak pada pertumbuhan tenaga kerja,” ucap Powell.
Ia menunjukkan adanya penurunan dalam kondisi kerja di AS, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang melambat dari sisi permintaan dan penawaran. “Kondisi ini menunjukkan bahwa risiko penurunan di sektor ketenagakerjaan semakin nyata. Jika risiko ini terjadi, kita dapat segera menyaksikan dampak berupa PHK massal dan kenaikan angka pengangguran,” tambahnya.
Di sisi lain, Powell memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga dapat memperburuk inflasi, terutama akibat tarif impor yang mungkin meningkatkan harga barang bagi konsumen. Pidatonya berlangsung di tengah ketegangan politik yang meningkat, di mana Trump meminta The Fed untuk lebih cepat mengambil langkah dalam menurunkan suku bunga, dan beberapa gubernur diusulkan sebagai calon pengganti Powell.
Powell juga menyoroti ketidakpastian yang dihadapi negara ini akibat kebijakan perpajakan, perdagangan, dan regulasi di bawah pemerintahan Trump yang berdampak pada arah ekonomi. Ia juga membahas tinjauan kebijakan The Fed yang dilakukan setiap lima tahun, yang telah menghasilkan beberapa perubahan penting sejak terakhir dilakukan pada tahun 2020. Di tengah pandemi Covid, The Fed beralih ke sistem penargetan inflasi rata-rata yang fleksibel, yang memungkinkan inflasi melampaui target 2% setelah periode di mana inflasi berada di bawah angka tersebut.
Secara keseluruhan, para pembuat kebijakan diharapkan bersikap sabar terhadap inflasi yang sedikit lebih tinggi demi memastikan pemulihan pasar tenaga kerja yang lebih menyeluruh. Namun, setelah menerapkan strategi tersebut, inflasi justru melonjak hingga mencapai level tertinggi dalam 40 tahun. Powell kini mengakui bahwa strategi overshoot inflasi yang semula direncanakan tidak berhasil.
The Fed menegaskan komitmennya terhadap target inflasi 2%, meskipun ada kritik yang menganggap target ini mungkin terlalu tinggi dan berpotensi melemahkan nilai dolar.“Kami percaya bahwa komitmen kami terhadap target ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekspektasi inflasi jangka panjang,” tutup Powell.